Seperti halnya semua jenis investasi yang ada, pasti tidak akan luput dari yang namanya risiko kegagalan. Mau sedikit ataupun banyak, tentunya semua orang ingin lepas atau meminimalisir risiko tersebut. Termasuk jika kamu ingin berinvestasi di Reksadana. Simak risiko investasi reksadana berikut!
Baca juga: Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Apa Itu Reksadana?
Reksadana adalah sebuah instrumen atau wadah yang umumnya mengumpulkan dana masyarakat yang nantinya akan dikelola oleh badan hukum. Badan hukum yang mengelola dana masyarakat pada reksadana ini adalah Manajer Investasi.
Cara manajer investasi mengelola dana yang masuk ke reksadana adalah dengan cara menginvestasikan dana tersebut kepada surat-surat berharga seperti saham, pasar utang atau obligasi.
Seperti yang kamu ketahui, kamu sebenarnya bisa saja langsung menginvestasikan dana pada saham, obligasi atau pasar utang. Namun, dengan kamu terjun langsung ke dunia saham tersebut, artinya tingkat risiko kegagalan yang akan kamu miliki akan lebih besar pula.
Selain itu, perlu ilmu yang tidak main-main untuk bisa untung dalam pasar saham dan obligasi. Nah, untuk kamu para pemula yang ingin meminimalisir risiko tersebut, kamu dapat menyimpan uangmu untuk diputar pada reksadana.
Namun, walaupun terdengar ‘aman’ ternyata risiko investasi reksadana tetap ada. Untuk itu, sebelum memasukan uang ke reksadana, ada beberapa risiko investasi di reksadana yang bisa kamu ketahui.
Baca juga: Macam-Macam Sertifikasi Kompetensi di Pasar Modal!
Risiko Investasi di Reksadana
Inilah beberapa risiko investasi reksadana yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memasukkan uang untuk dikelola oleh manajer investasi yang berwenang.
1. Risiko Penurunan Dana
Risiko pertama yang bisa saja terjadi padamu adalah risiko penurunan dana. Seperti yang kita ketahui, harga reksadana terhitung melalui nilai aktiva bersih yang ada pada per unit penyertaan (NAB/UP).
Tentunya hal ini akan menghitung semua aset dan nilai yang kemudian akan dikurangi oleh biaya-biaya. Total dari semua ini akan terbagi lagi terhadap jumlah unit yang beredar pada reksadana.
Penyebab utama dari risiko investasi reksadana ini adalah karena adanya perubahan nilai dari harga aset. Jika kamu memasukkan uangmu pada reksadana saham, maka risiko kegagalan yang akan kamu dapat bisa lebih tinggi.
Jenis reksadana yang paling minim risiko adalah risiko pasar uang karena pada intinya isi dari pasar uang hanyalah deposito dan obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
2. Risiko Likuiditas
Risiko selanjutnya adalah risiko likuiditas terhadap uang milikmu. Likuidasi ini adalah sistem yang berkaitan dengan pencairan dana. Penyebab utama dari risiko likuiditas adalah karena manajer investasi yang kurang baik.
Ketika seorang manajer investasi terlambat dalam menyediakan dana untuk membayar pencairan atau redemption untuk investor, maka pencairan dana akan terganggu pula.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko investasi di reksadana selanjutnya adalah risiko wanprestasi. Wanprestasi atau cidera janji adalah sebuah risiko yang timbul karena adanya para pihak yang terlibat tidak dapat memenuhi kewajiban yang ia setujui pada awal mula kontrak.
Tentunya karena hal ini, maka kamu akan berpotensi besar untuk kehilangan nilai investasi yang sudah kamu berikan. Maka dari itu, untuk mencegah hal ini terjadi, kamu sebaiknya mengenali terlebih dahulu kualitas manajer investasi atau bank pengelola reksadana yang ingin kamu pilih.
Sudah Siapkah Kamu Untuk Investasi Reksadana?
Demikianlah 3 risiko investasi reksadana yang paling sering muncul dan terjadi pada siklus para investor. Seperti yang terjelaskan sebelumnya, sebaiknya pilihlah perusahaan penyedia reksadana dengan baik dan matang. Jadi, Siapkah kamu berinvestasi?
Lihat lainnya: Rugi dalam Saham? Pahami Cut Loss dan Cara Menghindarinya!